Ini berdasarkan klaim si raja zalim, Fir’aun,
yang berkata, “Apakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa?
Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu …”
“Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu.”
Yakni sihir yang kamu datangkan itu akan kami datangkan pula sihir tandingannya.
“Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu, maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan kamu,
yang kami dan kamu tidak akan menyalahi perjanjian itu, di suatu tempat yang terbuka.” (QS. Thaha: 57 – 58)
Fir’aun meminta penetapan waktu
dan tempat agar mereka dapat berkumpul di sana.
Sehingga Nabi Musa dapat datang membawa mukjizat-mukjizat yang ia miliki
yang diklaim Fir’aun sebagai salah satu bentuk sihir.
Fir’aun juga datang
dengan sihir yang dia klaim sebagai sihir yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihi shalawatullahi wa salamuhu.
Fir’aun berkata, “Buatlah perjanjian antara kami dan kamu, yang tidak akan dilanggar oleh kami dan juga dirimu
di tempat yang terbuka.”
Yakni kita bertemu di tempat yang telah diketahui dengan jelas,
tanah lapang yang luas,
sehingga seluruh orang yang datang dapat menyaksikan pertarungan.
Seluruh orang yang datang dapat menyaksikan pertarungan.
Tanah lapang yang luas, orang yang hadir di tempat itu dapat menyaksikan pertarungan.
Tetapkan pada kami perjanjian pasti dan waktu tertentu, agar kita bertemu di sana.
Maka Nabi Musa ‘alaihi shalawatullahi wa salamuhu memilih hari raya.
Mengapa?
Beliau ‘alaihi shalawatullahi wa salamuhu memilih hari raya, karena itu adalah hari ketika
semua orang beristirahat dari pekerjaan mereka
dan libur dari kesibukan, urusan, pekerjaan, dan tugas mereka, dan lain sebagainya.
Sehingga orang-orang dapat berkumpul dengan jumlah sebanyak mungkin.
Oleh sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi ilham kepada Nabi-Nya
agar mengatakan, “Perjanjian kalian (dengan aku) adalah pada hari berhias (hari raya) dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada waktu Duha (pagi hari).” (QS. Thaha: 59)
Jadi, perjanjiannya adalah pada hari raya,
dan hari raya adalah hari untuk berhias.
Nabi Musa memilih kapan? Waktu Duha.
Beliau memilih waktu Duha,
dan waktu Duha adalah permulaan cerahnya cahaya siang hari,
sehingga segala perkara dapat terlihat jelas.
Sihir—sebagaimana yang disebutkan para ulama rahimahumullah—kekuatannya ada pada malam hari.
Kebanyakan pekerjaan para penyihir dilakukan di malam hari,
dan jika keadaan menuntut penyihir untuk melakukan amalan sihir di siang hari,
maka ia pasti akan memilih ruangan yang gelap,
dan juga akan menyalakan kemenyan dan dupa.
Jadi, kekuatan sihir ada di malam hari.
Nabi Musa ‘alaihi shalawatullahi wa salamuhu memilih waktu cerahnya siang.
Beliau memilih waktu ini agar seluruh orang yang hadir di tempat itu
dapat melihat dan menyaksikan dengan benar-benar jelas.
====
هَذَا بِزَعْمِ هَذَا الطَّاغِيَةِ فِرْعَوْنَ
قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى؟
فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسحْرٍ مِثْلِهِ
فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسحْرٍ مِثْلِهِ
هَذَا السِّحْرُ الَّذِي جِئْتَ بِهِ سَنَأْتِيْكَ بِسِحْرٍ مُمَاثِلٍ لَهُ
فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا
لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوَى
طَلَبَ تَحْدِيدَ وَقْتٍ
وَمَكَانٍ يَجْتَمِعُونَ فِيهِ
بِحَيْثُ يَأْتِي مُوسَى بِهَذِهِ الْآيَاتِ الَّتِي مَعَهُ
وَالَّتِي يَزْعُمُ فِرْعَوْنُ أَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ ضُرُوبِ السِّحْرِ
وَيَأْتِي فِرْعَوْنُ
بِالسِّحْرِ الَّذِي يَزْعُمُ أَنَّهُ مُمَاثِلٌ لِهَذَا الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى عَلَيْهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ
قَالَ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ
مَكَانًا سُوَى
أَي نَجْتَمِعُ فِي مَكَانٍ مَعْلَمٍ وَاضِحٍ
أَرْضٍ مُسْتَوِيَةٍ مُنْبَسِطَةٍ
بِحَيْث كُلُّ مَنْ حَضَرَ يُشَاهِدُ النِّزَالَ
بِحَيْث كُلُّ مَنْ حَضَرَ يُشَاهِدُ النِّزَالَ
أَرْضٌ مُسْتَوِيَةٌ مُنْبَسِطَةٌ فَمَنْ حَضَرَ إِلَى الْمَكَانِ أَيْضًا يُشَاهِدُ النِّزَالَ
وَحَدِّدْ لَنَا مَوْعِدًا مُعَيَّنًا وَوَقْتًا مُحَدَّدًا نَجْتَمِعُ فِيهِ
فَاخْتَارَ مُوسَى عَلَيْهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ يَوْمَ الْعِيدِ
لِمَاذَا؟
اخْتَارَ عَلَيْهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ يَوْمَ الْعِيدِ لِأَنَّهُ يَوْمٌ
يَتَفَرَّغُ فِيهِ جَمِيعُ النَّاسِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ
وَيَتَخَلَّوْا مِنْ أَشْغَالِهِمْ وَشُؤُوْنِهِمْ وَأَعْمَالِهِم وَوَظَائِفِهِمْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ
بِحَيْثُ يَجْتَمِعُ أَكْبَرُ عَدَدٍ مُمْكِنٍ مِنَ النَّاسِ
وَلِهَذَا أَلْهَمَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى نَبِيَّهُ
أَنْ قَالَ مَوْعِدُكُم يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى
الْمَوْعِدُ يَوْمُ الْعِيدِ
وَيَوْمُ الْعِيدِ هُوَ يَوْمُ الزِّينَةِ
وَاخْتَارَ مَاذَا؟ وَقْتَ الضُّحَى
اخْتَارَ وَقْتَ الضُّحَى
وَوَقْتُ الضُّحَى هُو بِدَايَةُ وَضَحِ النَّهَارِ
بِحَيْثُ يَكُونُ كُلُّ الْأُمُورِ وَاضِحَةً
وَالسِّحْرُ كَمَا ذَكَرَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ سُلْطَانُهُ فِي اللَّيْلِ
وَأَكْثَرُ عَمَلِ السَّحَرَةِ وَأَغْلَبُهُ فِي اللَّيْلِ
وَإِذَا اسْتَدْعَى الْمَقَامُ مِنْ سَاحِرٍ أَنْ يَتَعَاطَى سِحْرًا فِي النَّهَارِ
فَإِنَّهُ يَخْتَارُ غُرْفَةً مُظْلِمَةً
وَيُشْعِلُهَا أَيْضًا بِالْأَبْخِرَةِ وَالْأَدْخِنَةِ
فَسُلْطَانُ السِّحْرِ بِاللَّيْلِ
اخْتَارَ مُوسَى عَلَيْهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ وَضَحَ النَّهَارِ
اخْتَارَ هَذَا الْوَقْتَ حَتَّى يَتَمَكَّنَ كُلُّ مَنْ حَضَرَ إِلَى هَذَا الْمَكَانِ
مِنَ الْمُعَايَنَةِ وَالْمُشَاهَدَةِ بِتَمَامِ الْوُضُوحِ